Maret 17: Menulis, Selamanya Jadi Terapi

Maret 17: Menulis, Selamanya Jadi Terapi

Ada yang tidak berhenti selama sepuluh tahun terakhir: menulis aneka kejadian, pikiran, dan rasa, di blog. Dari sejak pertama aku bisa mengakses internet, aku lebih tertarik blog dibanding Friendster atau Facebook. Rasanya asik aja, tulisan-tulisanku terarsip online dan bisa dibaca orang-orang.

Ada yang tidak berhenti selama lima belas tahun terakhir: menulis buku harian. Dari sejak pertama aku lancar belajar menulis, aku tidak berhenti punya buku harian. Habis satu, ganti yang lain. Sampai hari ini, aku masih rutin mengakrabi pena. Tidak cuma keyboard. Senangnya, entah bagaimana, buku harian jadi kado yang kudapat hampir tiap ulang tahun. Aku masih dikadoi buku harian, entah itu oleh nenek, adik, kawan, siapapun. Kadang aku juga buat sendiri. Kebetulan juga aku bisa desain, jadi senang sekali bisa buat layout halaman yang benar-benar aku banget.

Sumber: Shutterstock

Tuhan, terima kasih, kesempatan untuk dapat menulis dan menikmatinya selalu jadi terapi yang efektif dalam keadaan apapun. Bagaimanapun keadaanku, Tuhan, jangan pensiunkan aku dari aktivitas ini.


Maret selalu jadi bulan dimana Semesta meluapkan aneka warna di hari-hari. Tahun ini aku ingin merayakan Maret dengan maraton menulis syukur, satu post tiap hari.

Kasih tanggapan dong!

2 pemikiran pada “Maret 17: Menulis, Selamanya Jadi Terapi”

  1. huwaaaaa semoga istiqomah yaaa. Saya aja masih suka males padahal domain pribadi bayarnya mahal. Harusnya jadi trigger ya tapi tetep aja kalo males yaudah dianggurin wkwk #jangandicontoh >,<

%d blogger menyukai ini: